SELAMAT DATANG di BLOG TBM SKB Kab. Ponorogo; Sebagai sarana publikasi edukatif, informatif dan rekreatif tentang program dan kegiatan UPT SKB Kab. Ponorogo

UPT Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kab.Ponorogo adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan Kabupaten Ponorogo yang mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan program percontohan dan pengendali mutu pendidikan nonformal dan informal di Kabupaten Ponorogo.

Dengan membaca kita dapat membuka dunia

Selasa, 25 Mei 2010

MAKALAH : KECAKAPAN HIDUP UNTUK MOTIVASI DAN BEKAL KEMANDIRIAN PADA PESERTA DIDIK KEJAR PAKET B SETARA SMP

MAKALAH

KECAKAPAN HIDUP UNTUK MOTIVASI

DAN BEKAL KEMANDIRIAN PADA PESERTA DIDIK

KEJAR PAKET B SETARA SMP

oleh

Dra.Tutik Endraswati,M.Pd

A. Pengantar

Setiap Negara mempunyai permasalahan dalam mengatasi kurangnya lapangan kerja. Permasalahan yang ditemukan pada setiap negara adalah tidak tertampungnya tenaga kerja yang ada dengan lapangan kerja yang tersedia. Warga masyarakat yang tidak mendapat pekerjaan yang layak berakibat pada masalah ekonomi keluarga. Pada keluarga yang mempunyai masalah ekonomi akan berakibat timbulnya permasalahan pada semua aspek kehidupan, baik dalam keluarga, pendidikan anak dan kehidupan sosialnya.

Faktor latar belakang pendidikan yang rendah dan tidak mempunyai keterampilan yang sesuai, menjadi alasan dan hambatan bagi seseorang untuk memperoleh pekerjaan. Permasalah semacam ini sering dan banyak ditemukan pada warga masyarakat yang tidak mampu. Masalah ekonomi tersebut akan semakin menekan dan membebani hidup mereka, yang kemudian akan menimbulkan permasalahan-permasalahan social lain yang mungkin semakin tak dapat diatasi.

Pendidikan nonformal dalam program-programnya menawarkan permasalahan/solusi untuk mengurangi permasalahan tersebut. Salah satu program pendidikan nonformal adalah program Kesetaraan yang merupakan program untuk mengatasi permasalah pendidikan bagi masyarakat yang karena suatu factor, tidak dapat menempuh atau melanjutkan pendidikan ke taraf pendidikan yang ingin dicapai atau diselesaikannya. Bidang program Dikmas dengan program Keaksaraan Fungsionalnya ( KF), mengatasi permasalahan yang terkait dengan pemberantasan buta aksara dan pemberian keterampilan bagi wargabelajar atau peserta didiknya. Bidang Kursus menawarkan berbagai program keterampilan yang dapat dijadikan bekal kemandirian bagi masyarakat agar dapat mengatasi permasalahan social ekonomi dalam keluarganya. Program-program lain yang mempunyai fungsi dan tujuan yang tidak jauh berbeda dengan ketiga program tersebut merupakan program pemerintah untuk mengatasi permasalahan masyarakat tersebut sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

B. Kecakapan Hidup (Life Skill)

Kecakapan hidup merupakan orientasi pendidikan yang mensinergikan mata pelajaran menjadi kecakapan hidup yang diperlukan seseorang, dimanapun ia berada, bekerja atau tidak bekerja, apapun profesinya.

Kecakapan hidup (Life Skill) yaitu kemampuan dan keberanian untuk menghadapi problema kehidupan, kemudian secara proaktif dan kreatif, mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya.

Pengertian kecakapan hidup lebih luas dari keterampilan vokasional atau keterampilan untuk bekerja. Orang yang tidak bekerja, misalnya ibu rumah tangga atau orang yang sudah pensiun, tetap memerlukan kecakapan hidup. Seperti halnya orang yang bekerja, mereka juga menghadapi berbagai masalah yang harus dipecahkan. Orang yang sedang menempuh pendidikan pun memerlukan kecakapan hidup , karena mereka tentu juga memiliki permasalahannya sendiri. Bukankah dalam hidup ini, di manapun dan kapanpun, orang selalu menemui masalah yang memerlukan pemecahan?
Dengan bekal kecakapan hidup yang baik, diharapkan para lulusan akan mampu memecahkan problema kehidupan yang dihadapi, termasuk mencari atau menciptakan pekerjaan bagi mereka yang tidak melanjutkan pendidikannya.

Untuk mewujudkan hal ini, perlu diterapkan prinsip pendidikan berbasis luas yang tidak hanya berorientasi pada bidang akademik atau vokasional semata, tetapi juga memberikan bekal learning how to learn sekaligus learning how to unlearn, tidak hanya belajar teori, tetapi juga mempraktekkannya untuk memecahkan problema kehidupan sehari-hari (Bently, 2000). Pendidikan yang mengitegrasikan empat pilar pendidikan yang diajukan oleh UNESCO, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, and learning to live together.

C. Bidang Kecakapan Hidup

Secara garis besar bidang-bidang yang dapat dijadikan rujukan dalam pengembangan program pendidikan life skills, antara lain:

1. Produksi Ekstraktif.

Produksi ekstraktif yaitu pembelajaran yang memproduksi / menghasilkan suatu barang yang langsung diperoleh dari alam, seperti: perikanan, perhutanan, dan pertambangan.

2. Produksi Agraris.

Produksi agraris yaitu pembelajaran yang mengolah tanah bagi kegiatan pertanian, seperti: tanaman pangan, sayuran, bunga dan buah-buahan serta pengembangan berbagai jenis ternak.

3. Produksi Industri.

Produksi industri yaitu pembelajaran yang mengolah, merakit, memperbaiki, dan merekayasa suatu jenis bahan baku menjadi bahan setengah jadi maupun bahan yang setengah jadi menjadi bahan jadi.

4. Produksi Perdagangan.

Produksi perdagangan yaitu pembelajaran melalui usaha perdagangan seperti berjual beli, melakukan usaha mandiri, analisis pasar, perhitungan laba-rugi dan pengembangan usaha.

5. Produksi Jasa.

Produksi jasa yaitu pembelajaran yang melakukan kegiatan pelayanan berupa jasa yang diperlukan oleh pengguna jasa berdasarkan kriteria pelayanan yang disepakati, seperti jasa sopir, tata rias rambut dan wajah, penerjemah bahasa, konsultan teknik, pengajar dan pertukangan.

Berdasarkan bidang-bidang tersebut life skills bermaksud memberi kepada seseorang bekal pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan fungsional praktis serta perubahan sikap untuk bekerja dan berusaha mandiri, membuka lapangan kerja dan lapangan usaha serta memanfaatkan peluang yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan kualitas kesejahteraannya. Program life skills dirancang untuk membimbing, melatih, dan membelajarkan warga belajar agar mempunyai bekal dalam menghadapi masa depannya dengan memanfaatkan peluang dan tantangan yang ada.

D. Kecakapan Hidup dalam Pendidikan Nonformal

Pembekalan kecakapan hidup untuk kelompok Kejar paket B setara SMP disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa,

1. Kriteria

Kriteria dalam penyelenggaraan Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) ini harus meliputi :

a. Penggalian berdasarkan karakteristik masyarakat dan potensi daerah setempat.

b. Pengembangan berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan kelompok sasaran.

c. Adanya dukungan dari pemerintah setempat.

d. Prospektif untuk berkembang dan berkesinambungan.

e. Ketersediaan nara sumber teknis dan prasarana untuk praktek keterampilan yang memadai.

f. Memiliki dukungan lingkungan (perusahaan, lembaga pendidikan, dan lain-lain..

g. Memiliki potensi untuk mendapatkan dukungan pendanaan dari berbagai sektor.

h. Berorientasi pada peningkatan kompetensi keterampilan berusaha.

2. Sasaran

Adapun sasaran daripada penyelenggaraan Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) ini yaitu sebagai berikut :

a. Diprioritaskan bagi masyarakat usia 16-44 tahun yang tidak Sekolah dan tidak bekerja.

b. Warga belajar binaan SKB (Sanggar Kegiatan Belajar) atau warga masyarakat putus atau tamat SD/SLTP.

c. Berasal dari keluarga miskin atau tidak mampu.

d. Memiliki minat dan bakat tertentu.

BAB III

A. Kecakapan Hidup dalam Program Kesetaraan Paket B

Berdasarkan kriteria penyelenggaraan kecakapan hidup dan sasarannya, maka Peserta didik paket B setara SMP merupakan sasaran yang strategis dalam pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan Kecakapan hidup.

Pendidikan kecakapan hidup sebaiknya dilakukan sedini mungkin sesuai dengan tujuan pendidikan dan sasarannya, artinya apabila di dalam satu jenjang pendidikan kesetaraan yang tujuan akhirnya adalah untuk membekali peserta didik untuk dapat hidup mandiri, maka dapat dilakukan saat mereka menduduki atau sedang menempuh pendidikan kejar paket B. Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan pemikiran:

  1. Berdasarkan pengamatan bahwa usia setara paket B masih lebih mudah menerima masukan, pembelajaran dan pengetahuan yang baru, sehingga lebih mudah diarahkan.
  2. Dengan memberikan pendidikan kecakapan hidup pada anak seusia SLTP (paket B) akan dapat diketahui bakat dan kemampuan setiap anak, sehingga dapat diarahkan pada hal-hal positif ke arah hidup yang mandiri dan produktif.
  3. Pendidikan kecakapan hidup yang diberikan sedini mungkin akan menjadi kebiasaan peserta didik dalam menerapkan pola kehidupan yang sudah ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari.
  4. Warga Paket B nantinya merupakan calon peserta didik paket C, maka ketika mereka melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi mereka sudah memperoleh pengetahuan dan pengalaman, sehingga kecakapan hidup yang sudah diajarkan tinggal diarahkan dalam bentuk program vokasional yang mereka minati.
  5. Dengan demikian mereka sudah mempunyai bekal kewirausahaan, dan siap memasuki kehidupan nyata dengan mengaplikasikan segala pengetahuan dan pengalaman pendidikan kecakapan hidupnya untuk hidup lebih mandiri.

Sedangkan jenis atau bidang kecakapan hidup yang akan dijadikan materi pembelajarannya disesuaikan dengan:

  1. Letak gografis tempat dan situasi pembelajaran itu dilaksanakan Misalnya di daerah pegunungan bidang keterampilan yang dipilih adalah produksi ekstratif atau produksi agraris. Jika lokasinya di perkotaan dapat dipilih keterampilan industri, produksi perdagangan atau produksi jasa.
  2. Berdasarkan minat dan bakat peserta didik
  3. Berdasarkan sumber daya alam yang tersedia
  4. Berdasarkan kebutuhan lingkungan masyarakat
  5. Berdasarkan permintaan (job order ) dari perusahaan atau instansi dari dunia usaha dan dunia industri (DUDI)
  6. Berdasarkan prediksi meningkatnya kebutuhan tenaga atau produk pada masa satu atau dua tahun ke depan.

F. Penutup

Pendidikan kecakapan hidup dibutuhkan oleh semua orang, baik yang sudah bekerja atau yang sudah berpenghasilan tetap, dan lebih dibutuhkan bagi yang belum mempunyai pekerjaan. Kecakapan hidup tidak hanya bermanfaat untuk mengatasi permasalahan yang terkait dengan penghasilan, tetapi juga untuk dapat mengatasi permasalahan atau problema hidup sehari-hari . Pendidikan kecakapan hidup dapat dilakukan sedini mungkin, dalam program kesetaraan pendidikan non formal lebih strategis jika mulai diajarkan pada peserta didik Paket B. Difokuskan pada kejar Paket B dengan pertimbangan dari segi fisik dan mental telah lebih siap dan dari segi usia masih mudah dan fleksibel untuk memahami, menerima dan menguasai pengetehuan, pengalaman dan keterampilan dalam proses pembelajarannya.

Penyelenggara Paendidikan kesetaraan pendidikan non formal, sudah harus mulai mempertimbangkan bahwa peserta didik yang dibinanya adalah warga masyarakat harus dipersiapkan untuk nantinya bisa hidup mandiri. Dengan demikian harus sudah direncanakan bidang dan kecakapan hidup apa yang sesuai dengan situasi, kemampuan, minat dan kebutuhan dunia industri dan dunia usaha.

DAFTAR PUSATAKA

Arcaro S. Jerome. 2005 . Pendidikan Berbasis Mutu : Prinsip-prinsip Perumusan dan tata langkah Penerapan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Dakir, H. 2004. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta : Rineka Cipta.

Jalal, Fasli dan Dedi Supriadi. 2001. Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah. Yogyakarta : Adicita Karya Nusa.

Sagala, H Syaiful. 2007. Manajemen Strategik dalam Peningkatan MutuPendidikan. Bandung : Alfabeta

Sukardi, 2003 . Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan prakteknya. Jakarta : Bumi Aksara

Syafaruddin .2002 Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan : konsep,Strategi dan Aplikasi. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia

Fiana Irmalani. 2004. Skripsi: Hubungan Antara Kematangan Vokasional dengan Minat Berwirausaha.

Tidak ada komentar: