SELAMAT DATANG di BLOG TBM SKB Kab. Ponorogo; Sebagai sarana publikasi edukatif, informatif dan rekreatif tentang program dan kegiatan UPT SKB Kab. Ponorogo

UPT Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kab.Ponorogo adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan Kabupaten Ponorogo yang mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan program percontohan dan pengendali mutu pendidikan nonformal dan informal di Kabupaten Ponorogo.

Dengan membaca kita dapat membuka dunia

Rabu, 26 Mei 2010

MENUMBUHKAN MINAT WIRAUSAHA PEMUDA MELALUI PROGRAM LIFE SKILL BUDIDAYA BAWANG MERAH DI LUAR MUSIM ( OUT SEASON ) DI DESA PUDAKWETAN KEC. PUDAK KAB. PO

DISUSUN OLEH :

1. Drs. IMAM SOPINGI
2. Drs. NURYANTO

(Pamong Belajar UPT SKB Kabupaten Ponorogop)


BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Dalam meningkatkan mutu pendidikan pada abad XXI, UNESCO telah mengeluarkan dokumen mengenai pendidikan bagi semua (education for all). Dalam dokumen pendidikan bagi semua itu antara lain dikemukakan ihwal empat pilar pendidikan, yaitu belajar mengetahui, belajar melakukan, belajar menjadi, dan belajar hidup bersama (learning to know, learning to do, learning to be dan learning to life together). Harus disadari bersama bahwa belum semua pilar pendidikan tersebut terakomodasi dalam kurikulum persekolahan. Ini berarti kurikulum pendidikan nonformal diharapkan dapat melengkapi atau menambah kekurangan dimaksud.
Dalam era globalisasi sekarang, kompetensi yang berisi pengetahuan, kecakapan hidup, keyakinan dan nilai menjadi sangat penting dan utama. Tanpa kompetensi yang tinggi dan memadai bagi kehidupan global, niscaya seseorang hanya [akan] menjadi pecundang. Jumlah dan banyaknya informasi serta materi yang dimiliki seseorang tidak memadai lagi untuk berkiprah dalam kehidupan global [sistem dunia]. Informasi dan materi tidak banyak berguna kalau manusia tidak mampu menganalisis, mengolah, memaknai, memberi arti, sehingga menjadi sehimpunan pengetahuan, kecakapan, keyakinan, dan nilai. Ini menunjukkan bahwa informasi dan materi hanya bahan dasar kompetensi bagi seseorang, sedang kompetensi merupakan wujud dan hasil daya manusia ”menggarap” informasi dan materi.
Temuan-temuan terbaru di bidang pendidikan dan pembelajaran serta yang terkait dengan keduanya, menuntut diubahnya perspektif, orientasi, kebijakan, pendekatan, metodologi, strategi pendidikan, atau muatan pembelajaranyang lebih tepat. Jika dicermati, akan diketahui bahwa perubahan kurikulum termasuk teori-teori di bidang pendidikan yang diadopsi dari luar belum sepenuhnya mengakomodasi permasalahan dan tuntutan dunia pendidikan di Indonesia. Ini berarti konsep pembelajaran harus bermuatan pada kepentingan masyarakat luas. Obsesi ini sulit menjadi kenyataan jika tidak disertai pembangunan SDM yang tepat sasaran. Pertanyaan bagi banyak pihak yang sesuai dengan kenyataan sekarang adalah: Bagaimana anak bangsa yang tidak mampu melanjutkan sekolah? Bagaimana mereka yang belum mempunyai skill dan mendapatkan pekerjaan? Mereka telah lulus pendidikan (persekolahan) dari berbagai jenjang yang jumlahnya makin meningkat.
1
Berdasarkan kondisi dan perkembangan dunia pendidikan seperti di atas, jika dicermati secara sungguh-sungguh akan diketahui bahwa jalur pendidikan nonformal utamanya pendidikan life skill sangat diharapkan bagi masyarakat lapis bawah. Ini menunjukkan bahwa program Pendidikan Luar Sekolah diharapkan mampu menjangkau , dan dipahami serta dapat memberikan makna bagi masyarakat luas.
Perkembangan ilmu dan teknologi di era pasar bebas terutama dalam teknologi informasi, menyebabkan arus komunikasi menjadi cepat dan tanpa batas. Hal tersebut berakibat pada bidang norma kehidupan dan ekonomi seperti tersingkirnya tenaga kerja yang berpendidikan kurang berkualitas dan memiliki wawasan dan keterampilan yang sangat terbatas. Akibat lain pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi adalah cepat usang serta tidak relevannya lagi pengetahuan yang dimiliki insan manusia di atas bumi ini. Kondisi riil ini membutuhkan pendidikan yang berkualitas yang memberikan kecakapan, kemahiran dan keahlian dengan kompetensi tinggi, pada peserta didik, sehingga selalu mampu bertahan dan berkembang dalam suasana kehidupan yang selalu berubah, tidak pasti serta sarat kompetitif dalam aneka dimensi.
Krisis Ekonomi yang berkepanjangan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat lapis bawah, khususnya pelaku usaha kecil, salah satu contoh budi daya tanaman holtikultura komoditas bawang merah masyarakat petani di wilayah Kecamatan Pudak Kabupaten Ponorogo yang sebagian besar mulai kembali beralih ke jenis tanaman pangan (padi, jagung). Mereka menganggap biaya produksinya relatif lebih rendah dibandingkan tanaman holtikultura yang sebenarnya memiliki prospek pasar yang menjanjikan. Kenaikan BBM tahun 2005 cukup mengejutkan bagi banyak pihak, kalangan pengusaha industri kecil (sektor pertanian, nelayan, home industri) banyak yang berspekulasi beralih bidang pekerjaan di satu sisi dan di sisi lain para pemuda usia produktif di daerah-daerah pinggiran (pedesaan) makin kesulitan mencari lapangan pekerjaan. Kenyataan ini akan menjadi tantangan bagi Pamong Belajar, khususnya di daerah Kabupaten Ponorogo.
Kabupaten Ponorogo terdiri atas 21 kecamatan, sasaran program agrobisnis di wilayah Kecamatan Pudak disamping merupakan kecamatan baru juga mempertimbangkan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang lebih relevan. Jumlah penduduk Kecamatan Pudak 8.619 jiwa terdiri atas 2.258 kepala keluarga dengan luas wilayah 48,19 km2.


2
Generasi muda usia sekolah (SD sampai dengan SLTA) di wilayah Kecamatan Pudak 90 % tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi karena faktor ekonomi dan kondisi geografis wilayahnya. Wilayah Kecamatan Pudak merupakan daerah pegunungan dengan ketinggian 800 m dari permukaan laut, daerah ini sangat potensial jika dimanfaatkan untuk pengembangan usaha agrobisnis.
Dipilihnya program pembudidayaan bawang merah di wilayah Kecamatan Pudak adalah didukung dengan potensi wilayah yang menjanjikan. Dukungan dari banyak pihak komitmen pemerintah, dan pemuka masyarakat setempat) tentang pendidikan life skill perlu ditindaklanjuti dengan cermat . Pada era otonomi daerah pemanfaatan potensi SDA dan pengembangan SDM perlu terus dioptimalkan, dengan harapan hasil pembangunan dapat dirasakan bagi masyarakat lapis bawah, utamanya di daerah pedesaan.
Dipilihnya program pembelajaran agrobisnis di Wilayah Desa Pudakwetan Kecamatan Pudak Kabupaten Ponorogo disamping berdasarkan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia, juga adanya dukungan dari berbagai pihak (lintas sektoral). Potensi yang ada di Wilayah Kecamatan Pudak sebagai pendukung pelaksanaan program pembelajaran agrobisnis adalah sebagai berikut:
1. Dilihat dari topografi dan jenis tanahnya, Desa Pudakwetan tingkat kemiringannya 20 % dengan ketinggian 800 m di atas permukaan laut.
2. Sebagian besar merupakan tanah tegal dengan perbandingan 187 ha. tanah tegal dan 55 ha. tanah pekarangan.
3. Jumlah penduduk 961 orang. Penduduk usia produktif (umur 17 sampai dengan 44 tahun) laki-laki 392 0rang, perempuan 337 orang.
4. Berdasarkan data pola tanah yang dominan di lahan tegal komoditas sayuran dan holtikultura dapat ditanam sepanjang tahun.
5. Tersedianya air yang cukup sepanjang tahun karena sistem irigasi alam pegunungan.
6. Tersedianya tenaga kerja yang cukup banyak terutama para pemuda yang belum memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap.
7. Telah dibangunnya jalan PUK yang relatif baru, sehingga mudah dijangkau dengan mobil pribadi maupun angkutan umum.
8. Adanya dukungan dari pemuka masyarakat dan pemerintah setempat.




3
Berdasarkan kondisi wilayah tersebut di atas maka UPTD Sanggar Kegiatan Belajar
Kabupaten Ponorogo yang keberadaannya sudah ditetapkan dengan
Surat Keputusan Bupati Nomor: 110 tanggal 03 Pebruari Tahun 2003 sebagai UPTD Dinas Pendidikan, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya ikut memberikan andil terhadap upaya pemerintah daerah dalam mengatasi keterpurukan citra pendidikan di daerah tersebut.

B. Dasar
Sebagai dasar penyusunan dan pelaksanaan program ini adalah :
1. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat 2, 3, dan 4
2. Pedoman Penyelenggaraan Program Pendidikan Kecakapan Hidup ( Life Skills ) Pendidikan Nonformal, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005
3. Surat Keputusan Bupati Ponorogo Nomor: 110 tanggal 03 Pebruari 2003 tentang Tugas Pokok dan Fungsi UPTD SKB Kabupaten Ponorogo.
4. Rencana Kerja Tahunan Bidang Kepemudaan UPTD SKB Kab. Ponorogo tahun 2005
5. Akat Kerja sama nomor: 421.9 / 584 / 405.43.22 / 2005 tanggal 15 Oktober 2005 antara UPTD SKB Kab. Ponorogo dengan Remaja Mushala Baitul Ridha Desa Pudakwetan Kecamatan Pudak Kabupaten Ponorogo

C. Ruang Lingkup
Cakupan pembahasan karya nyata ini penulis batasi pada operasional program life skill tahun 2005 dan pembelajaran budidaya bawang merah di luar musim (out season) yaitu pola tanam bawang merah pada musim penghujan (tanam pada bulan Nopember sampai dengan bulan Pebruari) yang belum pernah dilakukan oleh warga masyarakat Kecamatan Pudak Kabupaten Ponorogo
Penggunaan varietas unggul yang tahan terhadap curah hujan. Salah satu varietas yang produksinya tinggi, harga pasaran lebih tinggi dibanding varietas bawang merah lokal dan tahan terhadap curah hujan adalah varietas Bauji.
Di samping dua aspek dan sangat prinsip tersebut di atas juga mencakup pembelajaran dan pengenalan model kultur teknis yang tepat.


4
Kultur teknis yang dimaksud mencakup pengolahan lahan yang baik, pembuatan guludan yang tinggi, pemetaan draenase yang cukup, jarak tanam, penggunaan pupuk berimbang, upaya menghindari resiko. Upaya menghindari resiko adalah memperhatikan daun dan melaksanakan prinsip-prinsip yang diketengahkan di atas.

D. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan
a. Lembaga
(1). Meningkatkan dan memperkuat eksistensi Lembaga Sanggar Kegiatan Belajar sebagai UPTD Dinas Pendidikan Kabupaten Ponorogo.
(2). Meningkatkan kuantitas dan kualitas program UPTD Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Ponorogo utamanya bidang keterampilan / kecakapan hidup.
3). Ikut berperan secara aktif dalam era otonomi daerah khususnya dalam upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat prasejahtera.
4). Memperkuat hubungan lintas sektoral baik secara vertikal maupun horisontal.

b. Program
1). Memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat utamanya dalam peningkatan wawasan, pengetahuan, keterampilan dan sikap mental dalam berwirausaha melalui program pembelajaran agrobisnis.
2). Menciptakan lapangan kerja bagi pemuda (warga masyarakat usia produktif)
sesuai dengan potensi yang ada.

c. Warga Belajar
1). Warga Belajar memiliki bekal pengetahuan , keterampilan untuk mengatasi masalah pengangguran, sosial ekonomi di daerahnya.
2). Warga Belajar memiliki sumber penghasilan yang berkesinambungan, sehingga dapat meningkatkan taraf hidupnya.
3). Warga Belajar memiliki sikap dan mental untuk berwirausaha.




5
2. Manfaat
Penyelenggaraan program pendidikan life skill dengan pengenalan model pembelajaran budidaya bawang merah di luar musim tanam (out season) ini [akan] memberikan manfaat bagi Warga Belajar, Pamong Belajar dan perancang program life skill di tingakat pusat.
.
a. Manfaat bagi warga belajar
(1). Model Pembelajaran budidaya bawang merah pola tanam di luar musim tanam (out season) ini menarik perhatian Warga Belajar karena belum pernah dilakukan sehingga proses pembelajaran berjalan lancar dan hasilnya baik.
(2). Warga Belajar dapat menerapkan pengetahuann, keterampilannya dalam kehidupan nyata sehari-hari.

b. Manfaat bagi Pamong Belajar dan Perancang Program
(1). Memberikan dasar pertimbangan dalam langkah tindak lanjut serta perencanaan dan pelaksanaan program life skill selanjutnya.
(2). Memberikan sumbangan pemikiran terutama untuk dicermati antara waktu sosialisasi ke daerah dengan realisasi pelaksanaan di lapangan agar tidak terlalu lama.




BAB II
PEMBAHASAN

A. Kajian Teoritis
1. Konsep Dasar Life Skill

Life Skill atau kecakapan hidup adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya. Secara umum pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup bertujuan memfungsikan pendidikan sesuai fitrahnya yakni mengembangkan potensi manusiawi peserta didik untuk menghadapi perannya di masa datang.
Adapun secara khusus pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup bertujuan :
a. Mengaktualisasikan potensi peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema yang dihadapi.
b. Memberikan kesempatan kepada lembaga pendidikan untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel.
c. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya di lingkungan peserta didik dengan memberi peluang untuk memanfaatkan sumber daya alam dan sumber daya manusia.
Penerapan pendidikan kecakapan hidup bagi peserta didik akan memberi manfaat yaitu sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan problema kehidupan sebagai pribadi yang mandiri, warga masyarakat maupun sebagai warga negara.

2. Wira Usaha
Secara etimologis, wira usaha merupakan suatu istilah yang berasal dari kata ”wira” dan üsaha”. Wira mempunyai arti berani, utama, dan perkasa. Sedangkan üsaha mempunyai arti berbuat sesuatu untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Wira usaha adalah pengusaha yang mampu melihat peluang mencari dana serta sumber daya lain yang diperlukan untuk menggarap peluang tersebut dan berani menanggung resiko dalam pelaksanaannya. Wira usaha juga populer dengan istilah asingnya enterpreneur yang berarti mengejar peluang, mengisi kebutuhan melalui inovasi dalam menjalankan usaha.

Karakteristik wira usaha adalah selalu mencari perubahan, berusaha mengikuti dan menyesuaikan pada perubahan serta memanfaatkannya sebagai peluang. Ciri-ciri yang umum dijumpai pada wira usaha yang berhasil antara lain :
a. Dorongan berprestasi. Setiap wira usaha yang berhasil memiliki keinginan besar untuk mencapai suatu prestasi
b. Sebagian besar wirausaha bekerja keras demi mencapai sasaran yang dicitakan.
c. Memperhatikan kualitas. Wirausaha menangani dan mengawasi sendiri usahanya sampai mandiri sebelum ia memulai dengan usaha baru.
d. Bertanggung jawab. Wirausaha sangat bertanggung jawab atas usahanya baik secara moral maupun legal.
e. Optimis. Wirausaha hidup dengan doktrin semua waktu baik untuk bisnis.
f. Berorientasi pada hasil yang baik. Wirausaha ingin mencapai sukses yang menonjol dan menuntut segala yang first class.

3. Bawang Merah
Bawang merah termasuk salah satu jenis alliun yang paling populer dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi di samping bawang putih dan bawang bombay. Di kalangan ilmuwan, bawang merah disebut ascalonium. Di Indonesia, bawang merah mempunyai nama atau sebutan yang khas untuk tiap daerah. Bawang merah merupakan tanamann rendah yang tumbuh tegak dengan tinggi dapat mencapai 15 – 30 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

a. Tuntutan Ekologi Bawang Merah
Ada beberapa persyaratan atau tuntutan untuk dipenuhi, sekurang-kurangnya diusahakan untuk dipenuhi. Salah satunya adalah ekologi. Hal ini penting karena banyak kegagalan budidaya bawang merah karena tidak cocoknya lingkungan. Kondisi yang ideal untuk tanaman bawang merah sebagai berikut :
(1). Iklim
Bawang merah tidak tahan kekeringan karena sistem perakarannya yang pendek, sementara kebutuhan air selama pertumbuhan dan pembentukan umbi cukup banyak.




Bawang merah juga tidak tahan air hujan, tempat-tempat basah atau becek.
Bawang merah sebaiknya ditanam pada musim kemarau atau akhir musim hujan . Dengan demikian, bawang merah selama hidupnya pada musim kemarau sal disertai pengairan yang baik. Bawang merah cocok di daerah yang beriklim kering dengan suhu yang agak panas dan cuaca cerah, tempatnya terbuka dan tidak berkabut, cukup mendapat sinar matahari.

(2). Suhu dan Ketinggian
Pada ketinggian 10 – 250 meter di atas permukaan air laut, bawang merah dapat tumbuh cukup baik dengan suhu antara 25 – 32 C, tetapi bawang merah juga dapat tumbuh baik di dataran tinggi dengan syarat kemiringan tanahnya sekitar 32 derajat.

(3). Tanah
Bawang merah dapat ditanam di sawah setelah panen padi dan dapat ditanam di tanah darat seperti tegalan, kebun dan pekarangan. Sebaiknya dipilih tanah yang bersifat mudah mengalirkan air, dan tidak becek. Jenis tanah yang paling baik adalah tanah lempung yang berpasir atau berdebu. PH tanah yang paling baik antara 6,0 – 6,8.

b. Bibit Bawang Merah
(1). Memilih umbi untuk bibit
Umbi yang digunakan untu bibit harus berasal dari tanaman yang sehat dan dipanen cukup tua, tanaman sudah berumur 70 – 90 hari. Umbi untuk bibit harus umbi yang sudah disimpan lama, minimal disimpan selama 2 bulan dengan penyimpanan yang baik. Yang paling baik adalah umbi yang sudah disimpan 6 – 8 bulan, pada saat tersebut umbi sudah mulai tumbuh tunasnya. Umbi untuk bibit dipilih yang berukuran kecil atau yang beratnya 2,5 – 7,5 gram.
(2). Mempersiapkan bibit siap tanam
Bibit yang siap ditanam kulit umbi yang paling luar sudah mengering dan sisa-sisa akar yang masih ada dihilangkan dan dibersihkan.




Bagian ujung umbi dipotong dengan pisau bersih sekitar 1/3 – 1/4 bagian dari panjang umbi. Beberapa keuntungan cara ini antara lain umbi dapat tumbuh merata, dapat merangsang tumbuhnya tunas, mempercepat pertumbuhan, dapat merangsang tumbuhnya umbi samping, dapat mendorong terbentunya anakan dan daun sehingga banyak anakan dan banyak daunnya.
(3). Jumlah bibit yang dibutuhkan
Jumlah bibit yang dibutuhkan pada dasarnya dipengaruhi oleh ukuran bibit itu sendiri dan jarak tanamnya. Misalnya kalau bibit yang digunakan bibit yang beratnya 2,5 – 5 gram maka untuk lahan 1 ha. dibutuhkan sekitar 400 – 800 kg.

c. Pengolahan Tanah
(1).. Pembentukan bedeng dan parit
Pembentukan bedeng dan parit dengan cara dicangkul dengan kedalaman tidak lebih dari 30 cm. Gumpalan tanah cangkulan dihancurkan dan dibersihkan dari tumbuhan. Setelah bongkahan tanah mengering dibentuk bedeng-bedeng dan dibuat parit-parit kecil. Lebar bedeng 100 – 120 cm, lebar parit 40 cm dengan kedalaman 40 – 50 cm.
(2). Pengapuran Tanah
Keasaman tanah untuk lahan bawang merah pada PH 6,0 – 6,8.
Tanah yang sifat asam dengan PH di bawah 5,5 , untuk itu keasaman tanah dapat diturunkan dengan PH nya melalui pengapuran.
d. Penanaman Bawang Merah
Ukuran penanaman bawang merah dapat dipakai jarak tanam 15 x 15 cm atau 15 x 20 cm atau 20 x 20 cm. Untuk menanamkan umbi perlu dibuat lubang-lubang kecil dengan kedalaman sama dengan tinggi umbi bibit. Selanjutnya bagian atas ditutup dengan tanah tipis sekitar 6 – 7 hari umbi bibit sudah mulai tumbuh.

e. Pemeliharaan
(1). Pengairan
Bawang merah umumnya ditanam pada musim kemarau. Tetapi di lain pihak selama pertumbuhan dan pembentukan umbi diperlukan air cukup banyak.



Dalam keadaan ini pengairan memegang peranan penting dengan cara menyiramkan dengan menggunakan amrat. Pada prinsipnya kelembaban tanah dijaga sampai tanaman berumur 50 – 60 hari.

(2). Penyiangan dan penggemburan tanah

Penyiangan dan penggemburan dimaksudkan untuk membersihkan tanaman pengganggu (gulma), merapikan kembali bedeng-bedeng yang longsor, menutup akar tanaman yang muncul ke permukaan tanah sehingga tidak mengganggu pertumbuhan umbi baru.

(3). Pemupukan
Pemupukan dilakukan dua tahap, yaitu sebelum penanaman dan sesudah penanaman sebagai pupuk susulan. Pemupukan sebelum tanam digunakan pupuk kompos (organik) dibutuhkan 10 – 15 ton per hektar dan pupuk anorganik jenis TSP (3b) untuk pemupukan susulan menggunakan ZA, NPK, KCL.

(4). Pengendalian Hama Penyakit

Salah satu penyakit tanaman bawang merah adalah cendawan yang menyebabkan penyakit embun upas yang sering disebut blorok atau trotol. Penyakit ini dapat disembuhkan dengan pestisida Dithane M-450,2 %.
Sementara itu hama seperti ulat daun yang menyerap ujung-ujung daun sampai menyebabkan daun mengering. Hama ini dapat diberantas dengan menggunakan pestisida, folidol dan tamaron.
f. Penanaman Bawang Merah di Luar Musim
Budidaya di luar musim (out season) adalah budidaya bawang merah pada musim penghujan yaitu ( tanam pada bulan Nopember s.d bulan Pebruari). Pada umumnya bawang merah ditanam pada bulan April sampai dengan September setiap tahunnya.
Pada dasarnya musim tanam bawang merah pada musim kemarau , bulan Juni sampai dengan Okober setiap tahunnya akan tetapi pada saat itu harga jual pada posisi terendah.




Untuk mencapai produksi yang optimal, bawang merah yang ditanam di luar musim adalah harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
(1). Menggunakan varietas unggul yang tahan terhadap curah hujan
(2) Kultur teknis yang tepat
Kultur teknis dimaksud menyangkut pengolahan lahan yang baik, pembuatan bedeng yang lebih tinggi dan pemilihan bibit yang baik. Salah satu vaeritas yang produksinya tinggi dan tahan terhadap curah hujan adalah varietas Bauji.
Untuk penanaman di luar musim dapat dilakukan dengan cara memperdalam parit-parit pembuangan air, bedeng dibuat lebih tinggi antara 20 – 30 cm, diusahakan air tidak sampai menggenang, akan sangat baik jika kondisi lahan ada kemiringan sampai dengan 32 %. Selain pengaturan air juga penting untuk mencegah adanya penyakit bawang merah yang disebabkan oleh cendawan . Pencegahan akan lebih baik daripada penyembuhan terutama menghilangkan cendawan yang relatif sulit. Upaya pencegahan ini dilakukan dengan cara penyemprotan pestisida.
Penanaman bawang merah di luar musim memang tidak sebagus jika menanam di waktu musim tanam yaitu di musim kemarau dari sisi perolehan produtivitas tetapi harga lebih tinggi sehingga nilai keuntungan sama atau bisa lebih besar. Pertanyaannya: Bisakah menanam bawang merah di luar musim tanam dilakukan?
Dengan sifat fisiknya bawang merah untuk konsumsi dapat disimpan hanya 2 –3 bulan setelah panen. Sedang pada bulan Desember, Januari sampai dengan April, produksi bawang merah konsumsi pada titik terendah yang berarti harga cenderung naik (hukum ekonomi; penawaran sedikit permintaan banyak harga naik).

g. Panen dan pasca panen bawang merah
(1). Panen dan tanda-tandanya waktu panen
Ada beberapa pertanda yang dapat dipakai sebagai pegangan. Pertanda tersebut dapat dilihat dari perubahan warna daun dan pangkal daun, pada ujung umbi atau batang leher umbi jika sekitar 60 – 70 % daun-daunnya menguning atau mengering, maka bawang merah siap dipanen. Untuk bawang konsumsi bisanya dipanen pada umur 60 –70 hari. Untuk bawang bibit dipanen pada umur 80 –90 hari.




(2). Pasca Panen
Setelah bawang merah dipanen tindakan yang harus segera dikerjakan adalah pengeringan dan penyimpanan. Tetapi bisa juga langsung dijual ke konsumen.

B. Sasaran Fasilitas dan Anggaran
1. Sasaran Subjektif
a. Bagi Warga Belajar (WB) : Memberikan bimbingan dan motivasi kepada semua warga belajar untuk mengatasi permasalahannya, baik yang bersifat individu/ pribadi atau kelompok, masalah sosial, belajar, pekerjaan dan waktu luang.

b. Bagi Pengelola : Sedapat mungkin membantu dan membimbing pengelola program dalam mengkoordinasi semua Warga Belajar.
c. Bagi NST : Sedapat mungkin membantu Nara Sumber Teknis (NST) dalam memahami visi dan misi program untuk kelancaran KBM.
d. Pamong Belajar SKB : Memberikan masukan kepada Pamong Belajar SKB sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program lembaga pada umumnya.
e. Organisasi kemasyarakatan : Mensosialisasikan inovasi dan pengetahuan baru dalam pembudidayaan bawang merah.

2. Fasilitas dan Anggaran
Fasilitas dan anggaran akan sangat mendukung sukses dan keberhasilan program pendidikan life skill, perlu dipertimbangkan alat perlengkapan fisik yang merupakan sarana penunjang bagi pelaksanaan program di lapangan.
Adapun fasilitas yang diperlukan dan dapat disediakan antara lain :
a. Ruang belajar dan pertemuan
b. Sarana produksi
c. Sarana administrasi
d. Anggaran ( pembiayaan program yang relevan)


C. Materi Pembelajaran
Materi Pembelajaran budidaya bawang merah periode pertama dimulai pada bulan Nopember 2005 meliputi teori dan praktek. Materi teori lebih diutamakan pada pola tanam bawang merah di luar musim (out season).
Yang dimaksud budidaya bawang merah di luar musim (out seasen adalah budidaya bawang merah pada musim penghujan ( bulan Nopember sampai dengan bulan Maret ) sedangkan pada umumnya bawang merah ditanam pada bulan April sampai dengan Oktober. Kita ketahui bersama bahwa komoditas bawang merah merupakan jenis bawang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sedangkan produksi bawang merah masih dikenal adanya panen raya yang biasanya terjadi pada musim kemarau yaitu bulan Juni sampai dengan bulan Oktober setiap tahunnya sehingga pada saat itu harga jual di petani pada posisi terendah. Dengan sifat fisiknya untuk konsumsi hanya dapat disimpan antara 2 sampai 3 bulan setelah panen, dengan demikian pada bulan Januari sampai dengan bulan April, komodite bawang merah dikonsumsi oleh masyarakat pada titik terendah yang berarti harga bawang merah pada bulan-bulan itu harga cenderung naik. Hukum ekonomi menyebutkan : penawaran sedikit permintaan banyak, maka harga menjadi naik.
Pada prinsipnya bawang merah dapat ditanam sepanjang musim / tahun akan tetapi akan mencapai produksi optimal bila syarat tumbuhnya terpenuhi, antara lain lahan subur, tidak tergenang air, terhindar dari hama dan penyakit.. Dengan demikian bawang merah dapat ditanam pada musim penghujan dengan syarat dapat memenuhi syarat hidupnya. Untuk mencapai produksi yang optimal, bawang merah yang ditanam di luar musim harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Menggunakan varitas unggul yang tahan terhadap curah hujan. Salah satu varitas yang produksinya tinggi dan tahan terhadap curah hujan adalah varitas bauji
2. Kultur teknis yang tepat. Kultur teknis dimaksud menyangkut sistem pengolahan lahan yang baik, pembuatan gulutan yang tinggi, pemetaan draenase yang cukup,
jarak tanam relatif renggang, penggunaan pupuk berimbang, pengenalan jenis-jenis varitas dan pemilihan bibit dan pemanenan.
3. Pengendalian hama / penyakit yang tepat. Penanaman pada musim penghujan peka
sekali terhadap penyakit yang biasanya disebabkan oleh cendawan, sehingga sejak dini diantisipasi dengan kultur teknis dan fungisida.



Untuk menahan kelembaban dan gulma ( tumbuhan pengganggu ), penyiangan mutlak dilakukan.
4. Kewirausahaan . Materi kewirausahaan dimaksud meliputi administrasi kegiatan, pembukuan sederhana dan pengelolaan usaha.
Penanaman bawang merah di luar musim juga berhadapan dengan berbagai resiko antara lain peka terhadap penyakit, tenaga kerja relatif lebih banyak, biaya relatif lebih tinggi. Upaya untuk menghindari resiko tersebut adalah dengan memperhatikan kondisi daun dan melaksanakan prinsip-prinsip seperti tersebut di atas sehingga tujuan budidaya bawang merah di luar musim untuk memperoleh harga jual yang tinggi dengan harapan keuntungan yang diperoleh juga tinggi dapat terealisasi.
Dalam penyajian materi pola tanam bawang merah di luar musim ( out season ) ada beberapa langkah-langkah kegiatan:
1. Tatap Muka dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, curah pendapat, problem solving ( pemecahan masalah ) pada saat pertemuan kelompok sesuai jadwal yang telah disepakati. Untuk kegiatan tatap muka prosentase waktu 30 % selama satu periode tanam.
2. Kegiatan di lapangan / lahan. Kegiatan dimaksud dimulai dari pemilihan lahan yang sesuai, penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan dan pemasaran.

D. Hasil Pembelajaran
Setelah pelaksanaan program pembelajaran budidaya bawang merah, terbukti bahwa pembelajaran tersebut benar-benar dapat menumbuhkan minat belajar wirausaha pemuda di Desa Pudakwetan Kecamatan Pudak Kabupaten Ponorogo. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan diperolehnya bekal pengetahuan, keterampilan dan sikap mental di bidang usaha agrobisnis bawang merah sehingga para pemuda memperoleh sumber penghasilan yang berkesinambungan di daerahnya.
Selama proses pembelajaran budidaya bawang merah warga belajar diperkenalkan dengan inovasi tentang jenis varietas baru yang lebih unggul dan sistem penanaman bawang merah di luar musin ( out sesion ). Hal ini merupakan penemuan pola baru yang sebelumnya tidak pernah diterapkan oleh warga masyarakat ( petani bawang merah ) di Desa Pudakwetan.




Dalam kegiatan pembelajaran ini diujicobakan jenis bawang merah varietas lokal (bali) yang sudah biasa ditanam oleh para petani setempat dengan pola tanam yang standart dan jenis bawang merah varietas bauji.
Ternyata dengan pola tanam yang sama dan musim tanam yang sama, jenis bawang merah varietas bauji jumlah produksi ( 1 : 8 ) sedangkan jenis bawang merah varietas lokal jumlah produksi ( 1 : 4 ) .
Masyarakat setempat sebelumnya tidak pernah berani menanam bawang merah varietas lain dan menanam bawang merah di luar musim. Tradisi masyarakat
Desa Pudakwetan hanya berani menanam bawang merah satu kali dalam kurun waktu satu tahun dengan varietas satu jenis yang sudah populer di masyarakat setempat yaitu bawang merah bali. Kebiasaan ini merupakan tradisi yang turun temurun.
Keberhasilan program pembelajaran ini ditindaklanjuti dengan sosialisasi dan kerja sama dengan lintas sektoral yang meliputi Gabungan Kelompok Tani se Kecamatan Pudak, perangkat desa se kecamatan Pudak, Petugas Penyuluh Lapangan Pertanian (PPL) dan Camat Pudak..

Tidak ada komentar: